NTT BICARA.COM, KUPANG – Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Mindriyati Astiningsih Laka Lena menegaskan, TP PKK bermitra dengan pemerintah dan NGO memerangi stunting dan anak putus sekolah di provinsi ini.
Asti Laka Lena mengatakan itu pada Rapat Koordinasi (Rakor) PKK bertema, “Kolaborasi TP PKK Mewujudkan NTT Sehat, Cerdas, Sejahtera, dan Berkelanjutan”di aula rumah jabatan Gubernur NTT, Jumat , 29 Agustus 2025.
Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua TP PKK kabupaten/kota se-NTT, Kepala UNICEF Kantor Perwakilan NTT dan NTB Yudhistira Yewangoe, serta Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Provinsi NTT, Viktor Manek dan dibuka oleh Sekretaris Daerah, Kosmas Lana.
Istri dari Gubernur NTT, Melki Laka Lena ini, menjelaskan PKK adalah multifungsi, sebagai perencana, pelaksana, pengendali, penghubung, hingga pembina keluarga. Sepuluh Program Pokok PKK merupakan instrumen penting dalam menjawab tiga isu besar di NTT, yakni pengentasan kemiskinan, pencegahan stunting, dan perlindungan perempuan serta anak.
“PKK adalah mitra pemerintah dalam pencapaian visi dan prioritas pembangunan daerah. Kami ingin dilibatkan sejak awal agar program PKK bisa berjalan selaras dengan arah kebijakan pemerintah. PKK punya posisi strategis sebagai jembatan antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah,” ujar Asti.

Dia menegaskan pentingnya memperkuat kader PKK hingga tingkat dasawisma. Menurutnya, kader adalah ujung tombak yang mampu memastikan program kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan keluarga dapat terlaksana dengan baik di akar rumput.
Lanjut Asti, PKK NTT tengah mendorong penguatan kelembagaan, baik melalui pelatihan kader secara berkala maupun pemanfaatan teknologi berbasis data. Selain itu, pendekatan partisipatif juga ditekankan agar masyarakat, mitra, dan sektor swasta ikut terlibat dalam program PKK.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi lintas sektor adalah kunci. PKK terbuka bekerja sama dengan pemerintah, NGO, swasta, maupun lembaga pendidikan, selama transparan dan akuntabel. Dengan begitu, keluarga-keluarga NTT akan semakin berdaya,” tegasnya.
Dia menegaskan keluarga adalah sekolah pertama dan utama bagi anak. Karena itu, keluarga harus diperkuat agar mampu melahirkan generasi emas NTT 2045.
“Anak-anak kita akan tumbuh menjadi generasi emas jika keluarga berdaya. Edukasi tidak boleh hanya pada anak, tetapi juga pada orang tua dan guru. Dengan begitu, kita bisa mendampingi anak sesuai tantangan zaman,” tegas Asti.
Kepala UNICEF Kantor Perwakilan NTT dan NTB, Yudhistira Yewangoe, menyoroti tantangan besar yang dihadapi anak-anak NTT. Mulai dari tingginya angka kemiskinan (19% anak lahir di keluarga miskin), angka kematian bayi (25/1.000 kelahiran hidup, lebih tinggi dari nasional), gizi buruk, rendahnya cakupan imunisasi, hingga angka putus sekolah yang masih tinggi.
“Tantangan ini perlu diantisipasi dengan investasi sejak dalam kandungan hingga 1.000 hari pertama kehidupan. Satu dolar yang diinvestasikan pada anak usia dini akan kembali tujuh kali lipat bagi bangsa. PKK adalah mitra strategis UNICEF karena memiliki jaringan kader hingga desa dan rumah tangga, yang tidak dimiliki lembaga lain,” jelas Yudhistira.
Ia menambahkan, program UNICEF di NTT fokus pada lima bidang utama, kesehatan dan gizi, pendidikan, perlindungan anak, air bersih dan sanitasi, serta penguatan kapasitas keluarga. Seluruhnya selaras dengan visi PKK NTT dalam mewujudkan keluarga sehat, cerdas, dan berdaya.
Sedangkan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa , Viktor Manek memandang PP sebagai motor penmggerak pembangunan di desa. Instansinya siap bermitra dengan TP PKK baik provinsi maupun kabupaten/kota dalam memerangi kemiskinan, stunting, kesehatan perempaun dan anak di desa-desa.
“Kami melihat PKK sebagai motor penggerak pembangunan di desa. Ketika kader PKK diperkuat, maka pelayanan kesehatan, pendidikan, hingga pemberdayaan ekonomi keluarga akan lebih efektif. Sinergi PKK dengan pemerintah desa adalah kunci mempercepat terwujudnya pembangunan berkelanjutan,” kata Viktor.
Rakor PKK sepakat mendukung visi pembangunan NTT 2025–2029, yang menekankan tiga pilar utama, yakni NTT Sehat dengan memperkuat posyandu, kampanye imunisasi ganda, pencegahan stunting, serta perilaku hidup bersih dan sehat.

NTT Cerdas, dengan mendukung PAUD, literasi keluarga, parenting, penuntasan anak putus sekolah, serta pengembangan taman baca masyarakat dan NTT Sejahtera dengan pemberdayaan UMKM dan koperasi desa, program HATINYA PKK, rumah layak huni, serta literasi keuangan keluarga.
Selain itu, PKK juga berkomitmen pada isu keberlanjutan, termasuk advokasi pelestarian lingkungan, adaptasi perubahan iklim, serta pendidikan seksualitas komprehensif bagi anak sesuai tingkat usia, yang melibatkan orang tua, guru, dan masyarakat.
Dari hasil diskusi lahirlah kesepakatan kerja sama antara PKK, UNICEF dan pemerintah daerah bahwa pembangunan NTT harus dimulai dari keluarga. PKK dengan jaringan kader hingga tingkat desa, UNICEF dengan mandat internasional perlindungan anak, dan Dinas PMD dengan kewenangan pembangunan desa, sepakat untuk memperkuat kolaborasi demi mewujudkan NTT yang sehat, cerdas, sejahtera, dan berkelanjutan. (gem)