KABUPATEN Sabu Raijua merupakan salah satu jajaran kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang terkenal dengan sektor pariwisatanya, baik wisata alam maupun wisata budayanya. Banyak deretan wisata alam na indah pesona dan punya magnet sendiri bagi wisatawan baik regional maupun mancanegara.
Sebut saja Gua Mabala, Kampung Adat Namata, Destinasi Kellaba Madja yang berhasil meraih juara dalam Ajang Apresisiasi Pesona Indonesia (API) menunjukan keindahan alam Sabu Raijua yang luar biasa.
Seakan tidak berhenti dengan pesona alamnya kabupaten yang juga memenangkan API kategori minuman tradisional terbaik berupa gula air tersebut juga gencar mempromosikan destinasi wisata baru yang dikembangkan yaitu Gua Lie Nahoro. Gua ini begitu memesona dengan keindahannya, terlebih saat mentari di ufuk timur menembus sela dari gua tersebut.
Pesona Gua Lie Nahoro yang berada di Desa Raedewa, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, itu seakan membius setiap mata yang memandang mulai dari stalagmit gua yang begitu indah, serta ruang-ruang gua yang mencengangkan, indah indah dan molek. Gua ini juga menyimpan keunikan tersendiri sebagai sarang burung walet.
Gua Lie Nahoro memiliki satu pintu utama dan dua pintu bagian dalam . Pintu masuk utama berukuran kurang lebih 3 x 4 meter sedangkan dua pintu lainnya sudah tertutup dengan akar pohon beringin dan limbah dompet burung yang ada di dalam gua tersebut.

Gua Lie Nahoro juga terdapat empat ruang yang berhubungan langsung dengan ruangan utama yang luasnya kurang lebih 20 x 30 meter. Terdapat dua lubang pencahayaan matahari yang masuk dalam ruang utama dengan ukuran kurang lebih 15 x 25 meter. Gua tersebut juga terdapat lorong menuju laut dengan panjang sekitar 1.000 meter.
Ketika berada di dalam gua Lie Nahoro, setiap mata akan disuguhkan stalagmit yang terbentuk dari kumpalan klasit yang berasal dari air yang menetes dan juga terdapat stalatit jenis speleothem yang menggantung dari langit -langit gua dalam jenis batu tetes berwarna warni yang menarik bagi para pengunjung.
Saat megunjungi gua itu di masa kepemimpinan Bupati, Nikodemus Rihi Heke mengatakan, Pemkab Sabu Raijua berkomitmen mengembangkan potensi gua tersebut agar digandrungi wisatawan.
“Gua Lie Nahoro merupakan gua masyarakat adat Nahoro itu sendiri. Gua tersebut merupakan kekayaan alam di Sabu Raijua yang menjadi komitmen kita yang akan digenjot untuk dikembangkan di sektor pariwisata. Mulai dari perencanaannya serta fasilitas lainnya kita kembangkan, dan saat ini kita menjadikan Gua Lie Nahoro sebagai salah satu destinasi wisata dalam ajang API Awars,” katanya.
Plt.Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sabu Raijua, Charles Meyok menyampaikan, selain keindahannya, Gua Lie Nahoro juga mempunyai sisi sejarah sebagai tempat berlindung masyarakat Suku Nahoro pada masa penjajahan.
“Pada masa penjajah datang ke pulau Sabu, masyarakat Suku Nahoro merasa takut karena mereka akan dijadikan budak atau pekerja paksa. Karena itu ketika mendengar bunyi pesawat atau kendaraan berupa truk, mereka berlari dan berlindung di gua dengan cara membuat ritual minta izin kepada penghuni gua Lie Nahoro dengan mengorbankan ayam jantan merah untuk dipersembahkan di atas batu persembahan agar mereka merasa aman tinggal di gua tersebut. Karena itu masyarakat suku Nahoro begitu erat dengan Gua tersebut,” kata Charles.

Ama Kaleb, salah seorang warga yang berkunjung di gua tersebut berharap keaslian gua tetap dijaga agar keindahannya tetap awet serta menjadi habitat yang nyamam bagi burung walet.
“Gua ini sangat indah dan sangat baik untuk dikembangkan, karena itu saya berharap keaslian gua tetap dijaga, selain untuk menjaga keindahan juga menjadi habitat yang nyaman bagi burung walet,” pinta Ama Boby. (gem)
































