Menu

Mode Gelap
Maksi Masan Sampaikan Aspirasi Guru ke Kemendikdasmen RUPS LB Perpanjang Masa Jabatan Plt. Dirut Jamkrida Jemput Delegasi IPACS, Gubernur Melki Bangga jadi Tuan Rumah Sepak Bola Menyatukan dan Menggerakkan Ekonomi Daerah BREAKING NEWS : Diculik di Makassar, Bilqis Ditemukan di Jambi

Serba-serbi 09:24 WITA ·

Pesta Telah Usai (Sebuah Apresiasi atas Pernikahan Ama Ujan dan Irra Assan)


 PERNIKAHAN -Pernikahan Ama Ujan dan Irra Assan Perbesar

PERNIKAHAN -Pernikahan Ama Ujan dan Irra Assan

SAYA mengikuti sampai usai hampir semua tahapan acara pernikahan anak Ama Ujan dan anak Irra Assan. Anak Irra yang sarjana pendidikan ini, kini menjadi guru di SDK Boto, Lembata. Sedangkan Ama, guru pada SMP Angkasa Lanud El Tari, Penfui, Kupang.

Tadi malam, resepsi pernikahan berlangsung dengan sungguh meriah di Romyta Hotel, Oebufu, Kupang. Romyta Hotel merupakan korporasi dari Hotel Cahaya Bapa Kupang yang selama ini populer menyuguhkan menu-menu yang luar biasa. Menu-menunya memang top dan berkelas. Terbaik.

Ama Ujan yang nyaris ditahbis menjadi imam projo Keuskupan Weetebula, Sumba, itu menikahi putri sulung dari Ama Petrus Genere Assan dan Ibu Kristina Sabu Mudaj, keduanya berasal dari Desa Belabaja, Kecamatan Nagawutun, Lembata.

Sedangkan Ama Ujan, putra dari pasangan Bapak Cosmas Sole Ujan dan Mama Maria Goreti Lipat, asal Udak, Melomata, Kecamatan Nubatukan, Lembata.
Om Mas merupakan anak pertama dari Bapak Lodofikus Lango Ujan, adik bungsu dari mama saya. Meski kami setara sebagai anak, tapi “predikat om” tetap melekat kuat dan terwarisi dalam tradisi kami di kampung. Hukum adat demikian adanya. Jika bertemu om patut cium tangan supaya boleh mendapat berkat. Begitu!

Ketika urun rembuk tentang siapa yang mewakili keluarga saat resepsi pernikahan di hotel, Om Mas, Om Finsen Ujan, Ina Sofi Ujan dan suami Ade Marsel Peti Djata serta Kaka Guru Bonus Pegan memercayai saya untuk mewakili isi hati keluarga. Sedangkan sambutan di Gereja Santo Yosef Pekerja Penfui, usai pemberkatan nikah, oleh panitia memercayakan pada Bapak Yohanes Wai Assan, pensiunan guru dari Belabaja.

Saat memberi sambutan berdurasi singkat, sekira empat sampai lima menit di Romyta, saya menyebut empat keluarga besar yang menjadi tali pemersatu, yakni keluarga Assan, Ujan, Mudaj dan Soriwutun. Yang terlibat adalah anggota suku/klen bapa dan mama serta para pihak yang bertali kerabat.

Baca juga :  Kain Terpanjang Sumtim Tanda Cinta kepada Pembalap Tour de EnTeTe

Filsuf Dr. Leo Kleden, SVD, pernah mengatakan bahwa kita yang terlena dengan garis keturunan patriarkat, garis keturunan ayah – kadang melupakan garis keturunan ibu/melupakan ibu yang perannya jauh lebih sentral dalam mendidik dan membesarkan anak. Atau setidak-tidaknya peran ibu itu setara, ekuivalen dengan peran ayah yang rata-rata sebagai pencari nafkah semata. Filsuf Leo Kleden mengatakan hal ini menjawab sebuah pernyataan bahwa Marga Kleden seakan menjadi jaminan kecerdasan dan kepintaran seseorang. Padahal menurut Pater Leo Kleden, ibunya juga seseorang yang cerdas sejak sekolah dasar. Sang ibu mengikuti berbagai cerdas cermat sekaligus menjuarainya.
Karena itu kata pastor ini, tetaplah menyebut secara utuh dua keluarga besar, yakni keluarga ayah dan ibu.

Saat mengontak dan menyampaikan apresiasi saya atas acara tadi malam karena dihadiri oleh undangan yang melampaui perkiraan, ramai dan mengesankan, Om Mas hanya merendah. Ia bilang, semua ini patut disyukuri sebagai berkat/penyelenggaraan dari Dia (Providentia Dei). Jawaban yang membuat hati saya terenyuh.

Luar biasa untuk penyatuan hati dan dukungan dari semua keluarga baik dari Belabaja, Udak, Lewuka dan keluarga besar di Kupang. Rombongan keluarga dari kampung juga terbilang gemuk. Ada ade guru Paul Mudaj, kini Kepala SMPN 2 Omesuri, Kedang, Lembata. Istrinya, Ibu Dorotea Letek Kobun, mengajar pula di SMPN 4 Omesuri, Kedang. Dalam sepotong diskusi kemarin, Ade Paul yang sebelumnya Kepala SMPN Nagawutun di Puor, mengatakan bahwa doa restu bagi sang anak yang akan menikah patut dilakukan. Itu merupakan restu dari “pihak om” yang dapat melancarkan titian hidup mereka dalam mengarungi hidup berkeluarga.

Bagi saya, menghadapi urusan seperti ini sungguh dibutuhkan ketenangan dan keluasan jiwa untuk menghindari deadlock atau perbedaan yang dapat mengganggu harmoni bersama. Seperti yang dikatakan Ama Pit Assan tentang urusan ini. Dia bilang, hubungan dia dengan besan — Om Mas – cukup encer sehingga dalam mendiskusikan tatacara adat berjalan dengan baik dan lancar adanya. Intinya, kata Ama Pit, adat, ya adat, namun tetap fleksibel dan membangun komunikasi yang baik sehingga memberi output yang baik pula. Syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas acara yang luar biasa ini.
Salam dan sukses untuk Ama Pit dan ibu yang secara khusus datang ke Kupang untuk agenda tunggal pernikahan kedua anak ini.

Baca juga :  Kisah Sepasang Suami Istri Puka dan Tobi, Legenda Gunung Lewotobi di Flores Timur

Terima kasih secara khusus buat Kaka Viktor Mado Watun dan ibu, saksi pernikahan anak Ama dan anak Irra. Semoga berkat selalu hadir dalam seluruh karya Kaka Viktor, ibu dan anak-anak. Kami keluarga besar juga merasakan sungai sukacita yang mengalir tiada henti dan tiada batas dalam relung hati yang terdalam. Kami keluarga besar juga tidak merasa kehilangan orang-orang terkasih dan tidak pula kehilangan kampung halaman. Sebab kesedihan yang jauh lebih terasa adalah ketika kita kehilangan orang-orang tercinta dan kehilangan lewo/lefo/lefor (kampung halaman). Kebahagiaan itu yang kami rasakan saat acara ini berlangsung bahkan hingga detik ini meski pesta telah usai. * (Paul Burin/Jurnalis)

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 58 kali

Baca Lainnya

Tak Tahan Dibully, Mahasiswa Fisip Udayana Akhiri Hidupnya

19 October 2025 - 07:48 WITA

Rumah Kaca Terapung Norwegia Hasilkan Energi Bersih

28 July 2025 - 11:11 WITA

Orang Muda Harus Menjadi Bagian Ekosistem Transformasi Digital

26 July 2025 - 07:29 WITA

Merasa Dicermarkan Nama Baik Via Medsos Fikri Lapor ke Polrestabes

1 July 2025 - 01:47 WITA

Kisah Sepasang Suami Istri Puka dan Tobi, Legenda Gunung Lewotobi di Flores Timur

21 June 2025 - 04:08 WITA

Veronika Darciani Penderita Kanker Otak Butuh Uluran Kasih

27 May 2025 - 10:00 WITA

Trending di Serba-serbi