NTT BICARA.COM, WAINGAPU –Muhammad Herlangga, tim pembalap profesional dari Nusantara BYC mendapat julukan Si Raja Tanjakan pada perhelatan balap sepeda internasional Tour de EnTeTe untuk dua pulau, Timor dan Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Olahraga akbar yang digagas Gubernur NTT, Melki Laka menggandeng PT Jelajah Sport dan stakeholder menyedot perhatian publik NTT, Indonesia bahkan dunia. Antusias masyarakat NTT luar biasa. Setiap etape yang dilewati sejak 10 September 2025, etape 1 Kupang-Kefa, warga tumpah ruah di sisi kiri dan kanan jalan menyaksikan langsung laga para pembalap profesional dari berbagai negara seperti Filipina, Inggris, Malaysia, Belanda, Perancis, Aljazair dan tim tanggung dari Indonesia, seperti Nusantara BYC.
Dari etape 1 sampai 6 usai, Herlangga tetap mempertahankan jersey putih dengan mengoleksi point 10. Ini sebuah prestasi yang bukan kaleng-kaleng tapi usaha tidak mengkhianati hasil. Prestasi ini diperoleh melalui perjuangan panjang penuh peluh dan keringat dengan taruhan nyawa.
Seperti apa rahasianya? Herlangga yang ditemui di Prailiu sebelum mengeksekusi etape Tanarara-Waingapu, menuturkan dirinya terus berlatih dan tidak pernah menyerah dengan keadaan. Dia selalu percaya terhadap latihan dan tim .
Herlangga menjadi “Raja Tanjakan” etape Timor dan Sumba berkat konsistensi dan performa luar biasa dalam mendominasi jalur pendakian (King of Mountain/KOM) sejak etape 1 Kupang-Kefamenanu hingga etape 6 Tambolaka-Waingapu.
Konsistennya Herlangga pada kategori ini menjadi bukti kemampuannnya menguasai segmen tanjakan yang menguras energi, meskipun persaingan ketat dengan pembalap dari berbagai negara.

Pria kelahiran Tangerang, 9 November 2001, ini merupakan atlet profesional balap sepeda. Dirinya mulai menekuni balap sepeda sejak tahun 2020 dan bergabung dalam tim Nusantara BYC. Herlangga pernah mengikuti balap sepeda internasional Asia Tour dan Kejuaraan Asia di Thailand.
Untuk Tour de EnTeTe, merupakan kesempatan kedua dirinya mengikuti balap sepeda bertaraf internasional. Dia tidak berambisi juara, tapi menjadikan pengalamanan dalam portofolio hidupnya sebagai pembalap profesioanl. Apalagi balap sepeda internasional Tour de EnTeTe merupakan rute terpanjang 1.500 kilometer dengan medan yang menantang menjadi kenangan tersendiri.
Pengalaman sangat berharga, katanya, saat mengikuti lintasan etape 2, Kefa-Atambua mengikuti pantai utara Wini dan melintasi dua pos perbatasan antar negara di Wini dan Mota Ain. Pada etape ini, tutur Herlangga, tanjakan tajam dan panjang sejak keluar dari Kota Kefa, menantangnya untuk terus berpacu mengayun sepeda kesayangannya.
Selain tanjankan, rute ini juga memiliki turunan yang tajam berkelok mendorong dirinya agar tetap kosentrasi dan berhati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pada rute ini, tutur Herlangga, dirinya dan tim serta semua peserta balap sepeda internasional Tour de EnTeTe tertantang memperkuat dan meyakini diri sendiri untuk menuntaskan dengan baik.
Alhasil, apa yang diperjuangkan membuahkan hasil. Dirinya terharu saat diumumkan sebagai KOM Polkadet atau Raja Tanjakan pada etape ini. Dia tidak menyangka dan tidak berambisi mempertahankan jersy putihnya, tapi tekadnya tetap membara bagi seorang pembalap profesional.
Herlangga juga senang mendapat pengalaman berkeliling NTT yang kaya akan panorama alam dan masyarakatnya ramah dan bersahabat. Dia bangga dengan NTT yang telah mengundang dirinya dan tim mengikuti event bergengsi ini.
Soal stamina, tutur Herlangga, dirinya banyak istirahat dan mengonsumsi makanan dengan suplemen yang baik. Dengan pola makan yang teratur dan istirahat serta berlatih secara baik, apa yang diimpikan akan diraih. Hal ini terbukti bagi dirinya yang belum terkalahkan sebagai raja tanjakan dari etape 1 hingga etape 6.

Walau demikian, Herlangga harus ‘buang handuk’ saat memasuki etape Flores yang medannya lebih menantang dari Pulau Timor dan Sumba. Ditambah staminanya mungkin telah menurun sehingga predikat si raja tanjakan beralih ke pembalap lain.
Bagi Herlangga, topografi Pulau Flores yang berkelok dengan tanjakan panjang menyimpan tantangan tersendiri. Kekalahan sebagai Raja Tanjakan di Pulau Flores tidak mengurangi tekad dan semangatnya meraih cita sebagai pembalap muda Indonesia terbaik dalam event-event nasional dan internasional di masa-masa mendatang.
Sukses selalu Herlangga, jadilah pembalap sepeda yang mampu bersaing dengan pembalap ternama dunia. Masyarakat NTT mensuport dan mendoakan, agar kelak Herlangga tampil sebagai pembalap terkenal dunia dari Indonesia.(gem)
































