NTT BICARA.COM, KUPANG – Johanis Alfrid Seran Bria dari Tunggal Hati Seminari (THS) dan Tunggal Hati Maria (THM) Proki St. Fransiskus dari Assisi BTN Kolhua total memerankan Yesus Kritus yang dihukum mati di Kayu Salib pada Jalan Salib Hidup di halaman gereja itu, Jumat, 18 April 2025 pagi.
Jalan salib hidup adalah pengenalan sengsara Yesus Kristus dari saat dijatuhi hukuman mati hingga dimakamkan. Bagi umat Katolik, jalan salib hidup sebagai devosi untuk meningkatkan iman dan kesadaran akan kasih Allah. Tujuannya mengenang penderitaan Yesus Kristus yang bermanfaat memantik pertobatan perilaku dan cara pandang dan merenungkan rahmat Allah.
Devosi ini benar-benar dihayati dan diamalkan oleh pria yang akrab disapa Frid sejak berdoa bersama muridnya di Taman Getsemani, pria yang disapa Frid itu melakoninya dengan penuh penghayatan. Diseret para algojo bolak-balik menghadap Herodes dan Pilatus , diteriaki kaum farisi yang menuntut Yesus dihukum mati di kayu salib.
Setiap perhentian dilakoni Frid bersama pemeran lainnya baik sebagai algojo, Bunda Maria, Veronika, Simon dari Kirene, Herodes, Pilatus serta wanita-wanita Yerusalem dengan penuh penghayatan dan memengaruhi umat yang hadir larut dalam penghayatan sebagai pedoman hidup .
Gereja Katolik mengajarkan umat untuk menghayati dan menjadi pedoman hidup sehari-hari terhadap setiap perhentian. Sikap Yesus yang memanggul salib mengajarkan umat untuk selalu siap dalam memikul tugas,amanat dan tanggung jawab.
Apa yang dilakoni oleh Frid dan pemeran lain dalam tablo yang disutradari Johny Manehat menghadirkan peristiwa iman yang mendalam terhadap kisah sengsara Yesus Kristus yang rela mati di Kayu Salib untuk menebus dosa umat-Nya. Umat khususk bahkan ada ibu-ibu yang ikut menangis bersama wanita-wanita Yerusalem yang menangis dan dinasihati Yesus .
Walau rintik hujan membasahi halaman gereja di sekitarnya, umat tak bergeming meninggalkan lokasi tablo tersebut. Umat yang hadir betul-betul menghayati setiap perhentian yang diperankan para pemain. “Kasihan pemeran Yesus, dia betul-betul total,”kata beberapa ibu di sisi barat halaman gereja.
Ditemui NTT BICARA.COM usai melakoni peran sebagai Yesus, Frid mengaku tidak takut dan merasakan sakit selama menjalani peran itu. Hal itu terjadi karena dirinya sudah mempersiapkan diri dengan baik, dirinya bersama sutradara serta pemeran lainnya bersama Pastor Moderator THS-THM, Romo Toni Kobesi sudah menjalani retret tiga hari sebelum pentas.
Frid juga telah berdoa khusus memohon penyertaan Yesus dalam dirinya biarlah ia melakoninya dengan penuh penghayatan. “Sebelum tampil saya bersama teman-teman telah mengikuti retret bersama Romo Toni. Saya juga berdoa memohon penyertaan Tuhan Yesus agar dapat melakoni setiap perhentian dengan baik dan penuh penghayatan,”tutur Frid.
Walau menderita luka pada lutut, siku tangan, punggung dan lainnya, Frid mengaku belum merasakan sakitnya. Penitia dari seksi kesehatan pun langsung mengobati luka-luka yang diderita Frid usai jalan salib. Dia berharap, apa yang diperankan mendapat sambutan yang baik dari teman-teman orang muda dan umat paroki itu.
Pastor Paroki, Romo Dus Bone yang menyaksikan jalannya tablo tersebut, menyampaikan terima kasih yang berlimpah atas kerelaan waktu dan tenaga bagi sutradara Johny Manehat dan para pemeran yang totalitas menjalankan tugas dan peran masing-masing demi peningkatkan iman umat.
Sebelum berkat penutup, Romo Dus Bone menyampaikan terima kasih kepada setiap orang dengan cara dan perannya masing-masing serta umat yang hadir dan mengikuti jalan salib Jumat Agung dengan hikmat. (gem)
































