NTT BICARA.COM, KUPANG – Amartha, perusahaan teknologi finansial (Fintek) Indonesia telah menyalurkan Rp 1 triliun modal usaha untuk 230.000 perempuan pengusaha UMKM dan 40.000 masyarakat desa di Nusa Tenggara (Nusra) terdigitalisasi melalui AmarthaFin. Kelompok UMKM mitra Amrtha di Nusra tersebut dilayani oleh 730 orang tenaga lapangan.
Untuk Indonesia, Amartha telah menggelontorkan Rp 35 triliun kepada 3,3 juta kelompok Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pertumbuhan usaha tersebut menggembirakan dari awal hanya membantu lima pelaku UMKM dengan modal Rp Rp 500 ribu. Saat ini Amrtha telah bertumbuh menjadi salah satu lembaga pendanaan mikro digital terbesar di Indonesia.
Harumi mengatakan, Amartha lahir dari niat membantu ibu-ibu pengusaha kecil di pelosok yang jauh dari akses permodalan. Niat yang tulus itu mendapat respon yang baik dan terus bertumbuh menjadi salah satu lembaga permodalan besar di Indonesia.

“Sekarang kami sudah melayani lebih dari 3,3 juta pelaku usaha perempuan di Indonesia dengan total pendanaan Rp 35 triliun. Hebatnya, sebagian besar investor kami juga perempuan,” kata Harumi.
Harumi menjelaskan, awalnya Amartha hanya bergerak di Pulau Jawa. Melihat minta masyarakat, khususnya kaum perempuan cukup tinggi, maka Amartha melebarkan sayap ke Sumatera, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara.
Khusus di NTT, kata Harumi, Amartha telah menjangkau sekitar 130 ribu pelaku UMKM dan 40 ribu di antaranya sudah menggunakan layanan digital Amartha. Mereka dibantu oleh 470 pendamping lapangan yang tersebar di berbagai kabupaten di Sumba, Flores dan Timor.
Lanjut Harumi, kendalanya, banyak perempuan pelaku UMKM yang belum punya rekening bank, tidak bisa pakai aplikasi digital dan tidak memiliki HP Android.

Dia mengatakan, dari total 730 tenaga lapangan yang melayani mitra UMKM di Nusa Tenggara, sebanyak 478 orang berasal dari NTT. Mereka tersebar di Sumba, Flores, Lembata, Alor, dan Timor. Kami bangga karena anak-anak muda NTT bisa berkembang bersama Amartha,” kata Wandha.
Baik Harumi maupun Wandha menegaskan, Amrtha terus mendorong terjadinya transformasi digital sebagai kunci sukses bagi pelaku UMKM perempuan agar mandiri dan melek finansial.
“Banyak nasabah kami yang berkembang secara finansial, tapi masih lemah di sisi keterampilan dan pemasaran produk. Karena itu kami ingin berkolaborasi dengan Dinas Koperasi, Bank Indonesia, dan pihak lain untuk memperkuat pendampingan non-keuangan,” kata Harumi.
Dengan kemajuan teknologi informatika, terus mendorong kemajuan usaha terutama UMKM. Saat ini semua sudah digital. sehingga Amrtha terus mendorong ibu-ibu di pelosok pedesaan agar familiar dengan dunia digital dalam memasarkan usaha dan urusan finansial.
Amartha, pun, kata Harumi tak bosan memberikan pendidikan agar lahir budaya hemat oleh kaum perempuan dengan fitur investasi mikro agar mereka bisa belajar menyisihkan sebagian keuntungan untuk masa depan.
“Salah satunya tabungan pendidikan anak atau investasi kecil yang bisa diambil bunganya setiap bulan. cara ini kami lakukan dalam menumbuhan budaya menabung dan perencanaan jangka panjang di kalangan perempuan pelaku usaha.
Kepala Bidang Kelembagaan dan Pengawasan Koperasi, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTT, Filipe Lelo Bire,SE,MM mengatakan, di NTT terdapat 366.473 UMKM yang datanya telah teritegrasi di Kementerian Koperasi dan UMKM. Secara umum, manajemen pengelolaan usaha sudah baik, pelaporan pengelolaan keuangan yang sederhana juga sudah dipahami sehingga pelaku UMKM bisa menghitung untuk rugi usaha mereka.Jenis usaha estraktif, katanya antara lain, kopi, kakao, jambu mete, garam, rumput laut dan sapi.
Masalah yang dihadapi, kata Filipe, kapasitas manusia pelaku usaha yang kurang konsisten terhadap waktu menjalankan usaha. Masih banyak pelaku UMKM, menutup tempat usaha karena hajatan keluarga seperti kumpul keluarga, pesta nikah dan lainnya. Di saat yang sama pasar sudah berpindah ke pelaku usaha lain sehingga secara ekonomi mereka rugi.
Dia mengakui, masih ada pelaku UMKM yang kesulitan mengakses pembiayaan dan tidak menguasai teknologi terutama HP Android untuk mempromosikan dan memasarkan usahanya.

Untuk itu, lanjut Filipe, pentingnya kolaborasi antara pemerintah dengan lembaga swasta dalam pemberdayaan kelompok usaha di NTT. Kedepan perlu dilakukan peningkatan kapasitas dan kemampuan pelaku UMKM, meningkatkan kualitas manajemen, memeprmudah akses pembiayaan, melibatkan teknologi serta membangun kemitraand engan berbagai pihak.
Manajer Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur, Yose Shariati mengatakan, Bank Indonesia sedang membina 54 kelompok UMKM dengan sebaran terbanyak di Kota Kupang dan Manggarai Barat. Kelompok UMKM binaan Bank Indonesia bergerak di sektor pertanian dalam mensupali kebutuhan masyarakat. Dan, usaha yang berprospek adalah kopi dan tenun ikat, juga promosi pariwisata seperti di Labuan Bajo.
Bank Indonesia, katanya, juga terus memberikan pendampingan kepada UMKM yang belum mampu dalam urusan teknologi, menfailitasi legalitas halal, meningkatkan branding . Bank Indonesia memfasilitasi prodag halal, pelatihan dan pembentukan mindset.

Mengenal Amartha
Amrtha adalah perusahaan teknologi finansial (Fintek) Indonesia yang berfokus pada pemberdayaan eknomi akar rumput, terutama usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) kemlompok perempuan. Lembaga ini menawarkan layanann pinjaman berbasis teknologi peer-to-peer lending yang menghubungkan usaha mikro dengan pendanaan dari investor, serta layanan investai dan dompet digital untuk UMKM. (gem)
































