NTT BICARA.COM, KUPANG – Hari ini, 30 September 2025, Bangsa Indonesia memperingati 60 tahun peristiwa Gerakan 30 September / PKI. Menurut WIKIPEDIA, Gerakan 30 September adalah organisasi yang mengklaim diri sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia.
Pada dini hari 1 Oktober 1965, mereka membunuh enam jenderal TNI Angkatan Darat dalam upaya kudeta yang gagal. Salah satu korban pembunuhan sadis saat itu adalah Pierre Tendean, seorang perwira militer Indonesia yang berdarah keturunan Minahasa dari ayahnya, Aurelius Lammert Tendean dan ibunya M.E. Cornet, wanita Belanda yang berdarah Perancis. Piere Tendean adalah ajudan dari Jenderal Nasution yang selamat dari pembunuhan sadis tersebut.
Berpulangnya Piere Tendean menyimpan kisah cinta yang tak terlupakan dengan seorang gadis asal Medan bernama Rukmina. Disadur dari berbaagi sumber, Pierre Tendean lahir pada tanggal 21 Februari 1939 di Batavia (sekarang Jakarta). Dia berpacaran dengan Rukmini, gadis asal Medan, Sumatera Utara yang memiliki darah Jawa, yakni Yogyakarta dan dari keluarga penganut agama Islam yang taat. Jarak usianya dengan Pierre adalah 8 tahun.
Awal mula pertemuan Pierre Tendean dengan Rukmini adalah Pierre yang diajak kedua temannya berkunjung ke rumah Rukmini. Mereka bermaksud untuk menjodohkan Pierre dengan Rukmini. Dan, Pierre langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Rukmini. Ia jatuh cinta dengan kepribadian Rukmini yang kalem, tegas dan mandiri.
Pada suatu hari, ia menemui Rukmini tanpa ditemani oleh teman-temannya, padahal biasanya Pierre selalu datang dengan kedua temannya itu. Hingga hubungan mereka berlanjut pacaran. Namun, hubungan mereka sempat ditentang oleh orang tua Rukmini, karena mereka berdua berbeda agama.
Mereka sempat LDR karena Pierre mendapat panggilan sekolah intelijen TNI AD di Bogor. Pierre juga dipercaya untuk terlibat dalam berbagai misi intelijen. Dan, waktu penugasannya itu juga membutuhkan waktu yang tidak menentu. Jadi ia sering mengirimkan surat rindu pada kekasihnya.
Meskipun berbeda agama, Pierre berencana menikahi Rukmini. Pada 31 Juli 1965, saat mendampingi Jenderal Nasution di Medan, Pierre bertemu Rukmini dan mereka merencanakan pernikahan yang akan dilangsungkan pada bulan Desember.
Namun, sayangnya rencana itu hanya tinggal kenangan. Pierre gugur sebagai pahlawan revolusi setelah diculik dan dibunuh oleh pasukan Tjakrabirawa di peristiwa Gerakan 30 September/PKI, karena beliau mengaku sebagai Jenderal A.H Nasution, bermaksud melindungi Jenderal nya itu.
Kepergian Pierre meninggalkan duka yang mendalam untuk keluarga juga kekasihnya. Rukmini terpaksa mengubur dalam-dalam rencana pernikahannya yang akan dilaksanakan dua bulan lagi. Tapi Pierre meninggalkannya untuk selama-lamanya. Butuh waktu 5 tahun bagi Rukmini untuk mengikhlaskan kekasihnya, kemudian beliau menikah dengan orang lain.
Cinta sejati yang sangat tulus, walaupun berbeda agama, sempat tak direstui, menjalani hubungan jarak jauh, akhirnya hanya tersimpan indah, abadi dalam sejarah. Tak pernah terwujud tapi akan selalu dikenang sepanjang waktu.(*/gem)
































